Ketika pelangi berwarna kelabu..
Jangkrik tak menyanyi merdu..
Dan langit bersendawa..
Lelaki setengah abad itu tersenyum dengan jemari kokohnya..
Garis-garis hijau pada tangannya menjadi saksi kejamnya cambukan kehidupan..
Kulitnya kering digoreng keringat..
Tubuhnya hitam diselimuti senyum kebahagiaan..
Dan garis usia menghiasi wajahnya..
Ya... Dialah seorang penyayang..
Penyayang kaum-kaum terbuang..
Yang dibuang begitu saja seakan tanpa nilai..
Meski cacian menghujaninya..
Meski tatapan jijik menginjak-injak tubuh tuanya..
Ia tetap memancarkan cahaya keikhlasan..
Ketabahan jiwa yang menghantarkannya pada tempat paling mulia..
Tempat bagi seorang pahlawan sejati berada..
Jangkrik tak menyanyi merdu..
Dan langit bersendawa..
Lelaki setengah abad itu tersenyum dengan jemari kokohnya..
Garis-garis hijau pada tangannya menjadi saksi kejamnya cambukan kehidupan..
Kulitnya kering digoreng keringat..
Tubuhnya hitam diselimuti senyum kebahagiaan..
Dan garis usia menghiasi wajahnya..
Ketika tak ada orang yang peduli dengan sampah yang menangis di jalanan..
Dialah yang mengais..
Menimang dengan kasih sayang..
Dan membawanya ke tempat hangat..
Tempat dimana seharusnya..
Dialah yang mengais..
Menimang dengan kasih sayang..
Dan membawanya ke tempat hangat..
Tempat dimana seharusnya..
Ya... Dialah seorang penyayang..
Penyayang kaum-kaum terbuang..
Yang dibuang begitu saja seakan tanpa nilai..
Meski cacian menghujaninya..
Meski tatapan jijik menginjak-injak tubuh tuanya..
Ia tetap memancarkan cahaya keikhlasan..
Ketabahan jiwa yang menghantarkannya pada tempat paling mulia..
Tempat bagi seorang pahlawan sejati berada..