Yap, ujian ‘Keramat’ FK Unpad akhirnya datang lagi. Keramat?
Emang ujian apa? Yes, i’m talking about SOOCA!!!!!!
Hari ini, 14 Januari 2012, sehari sebelum aku ulang tahun,
hari terakhir aku menginjak 17 tahun dan siap melangkah ke 18 tahun untuk
menginjak jenjang kedewasaan yang lebih tinggi, aku dihadapkan pada ujian
bernama SOOCA. Aku sudah mempersiapkan ujian ini sejak jauh-jauh hari. Bahkan pada
saat orang-orang menikmati hari libur tahun baru bersama keluarga, teman, dan
lain sebagainya, aku menikmati liburanku dengan tumpukan kertas draft dan
buku-buku tebal. Sebenarnya iri sih melihat orang lain yang sudah bermain-main
dengan riang gembira tanpa beban seperti ITB, tapi yasudahlah, sudah
konsekuensi menjadi mahasiswi FK Unpad yang tercinta :D :D
H-2
Aku sudah siap case 1, 4, dan 6. Aku merasa sudah sangat yakin
apabila aku mendapat case ini aku akan mendapat nilai A (apalagi kaau
pengujianya dr. Ismet, waaaaah udah lah 95 di tangan, hehehe).
|
Draft Flipchary SOOCA |
|
Draft Omongan |
Pada H-2 ini aku
sama sekali belum menyentuh case 2, 3, dan 8 baik itu membuat draft maupun
mencoba SOOCA2an. Akhirnya aku membuat draftnya tapi hanya berhasil membuat
draft case 2 dan 3 saja. Pada hari ini aku masih belum terserang syndrome
SOOCA. Begitu juga dengan teman-teman sekamarku serta para pendatangnya (Faradillah
Ratih Ayu)
H-1
Oh God, aku belum menyelesaikan case 8! Gimana dong gimana
dong? Aku bangun pagi-pagi sekali untuk menyelesaikan draft case 8. Aku hilir
mudik kesana-kemari mencari orang-orang yang sudah menyelesaikan case 8 untuk
aku sonteki hingga akhirnya aku berhasil meyelesaikannya tepat setelah dzuhur. Setelah
shalat dzuhur, aku SOOCA2an semua case. Tadinya aku mau SOOCA2an di dalam
kamar, tetapi karena keadaan hawa panas yang tak memungkinkan dan terlalu
banyak orang yang SOOCA2an di dalam kamar, maka aku keluar kamar dan SOOCA2an
tepat di depan pintu kamar. Aku berhasi SOOCA2an sebanyak 4 case sampai jam
4.30. tenggorokan rasanya sakit sekali. Kepala rasanya cenat-cenut mengingat
banyak hal yang akan aku tampilkan saat persentasi. Aku memutuskan untuk
melanjutkan SOOCA2an setelah mandi. Saat aku masuk ke kamar aku melihat Lusi
yang matanya nampak kelelahan dan dia seperti orang stress. Dia juga mengaku
kalau dia belum mandi dari pagi. Saat aku melangkah ke kamar mandi aku
terhalang oleh Wardah yang SOOCA2an di depan WC. Kenapa harus di depan WC War??
Hahaha. Lalu bagaimana dengan Ulfah? Ah dasar bayi! Ketika semua anggota kamar
sibuk SOOCA2an dia malah asyik tidur pulas. Maklum lah Ulfah kan sudah hafal
semua case -..-
Setelah mandi tadinya aku mau SOOCA2an lagi, tapi karena
tenggorokkanku yang enak untuk bercuap-cuap SOOCA akhirnya aku memilih untuk
menghafal dalam hati karena konon suara hati itu lebih mendebarkan (?) ***apa
sih Ver
Maghrib pun tiba. Aku dan teman-teman lainnya pergi ke
musholla untuk shalat maghrib berjamaah dan mengaji bersama. Awalnya aku
berniat untuk tidak ikut mengaji bersama karena ingin SOOCA2an, tapi....tapi
aku butuh Allah. Aku bukanlha apa-apa tanpaNya. Maka akhirnya aku putuskan
untuk tetap shalat berjamaah dan mengaji bersama.
Setelah shalat dan mengaji bersama, pergtempuran mulut dan
kertas-kertas draft SOOCA pun dimulai. Kali ini aku SOOCA2an case 6.
Alhamdulillah aku berhasil SOOCA2an dengan lancar tapi tenggorokanku rasanya
tercekik L
Rasanya capeeeeee sekali. Aku berkali-kali meminum air putih hangat untuk
mengembalikan kondisi tenggorokkanku yang malang dan tak berdosa. Aku sudah
agak mengantuk tapi tiga case lagi belum terpegang olehku. Rasa deg-degan pun
mulai muncul diikuti keringat dingin serta tremor. Pulse rate dan respiratory
rate meningkat mengikuti sign and symptom yang lain. Aaaaaa gimana ini? Kulihat
Ulfah dengan muka tak berdosa sudah tidur dengan nyenyaknya, Wardah masih
bertapa di depan WC, Lusi yang masih belum mandi sejak tadi pagi matanya
terlihat besar dan merah menandakan dia sangat mengantuk, kemudian Fadillah
Ratih si tamu setia kamar 1 nampaknya terlihat stress juga karena awalnya dia
menghapal case 8 di kasur Wardah, kemudian tidur, kemudian bangun, kemudian
pindah ke kasurku, kemudian tidur disitu, kemudian bangun lagi, dan akhirnya
tidur dengan nyenyak di kasur Wardah. Tak lama setelah Fadillah Ratih tertidur,
Lusi menyusul tidur dengan posisi yang sangat lucu. Karena tidak kuat dengan
hawa kantuk yang tinggi ditambah tenggorokan yang sakit akhirnya setelah aku
SOOCA2an case 7 aku pun tidur. Oia perlu diketahui bahwa Wardah BEGADANG TIDAK
TIDUR SAMPAI PAGI. Wow!!! Wardah memang anggota kamar 1 yang paling tangguh. Entah
berapa gelas kopi yang ia konsumsi.
THE DAY
Aaaaaaaaaaaaah tidaaaaaak!!! Hari apa ini? Hari Senin. Ada
apa dengan hari Senin? SOOCA woy!!! Tersadar dari nyenyaknya tidur aku langsung
mandi dan shalat. Aku sendiri heran kenapa aku mandi padahal jam menunjukkan
masih pukul 4.30. setelah curhat sama Allah, aku membaca-baca case 5 dan 8.
Syndrome SOOCA masih menyerang dan nampaknya sistem immunku tidak menanggapi
hal ini dengan baik sehingga terjadi clubbing finger seperti pada
paraneoplastic syndrom di case 4 *heeaaa*
Oia, setelah selesai mandi Fadillah Ratih yang tadinya tidur
di kasur wardah kini terlihat menjamah kasur Ulfah meski hanya bagian ujungnya
saja. Ulfah, Lusi, dan Wardah kini semuanya terlihat tertidur pulas. Karena sudah
waktunya shalat Subuh akhirnya kubangunkan mereka.
Berkali-kali aku membaca case 8 aku sangat sulit mengingat
LO yang membahas tentang alternatif pengganti Amoxicilin. Aaaaah ver,,, what’s
wrong with you?? Padahal antibiotik yang harus dibahas kan cuma 4 antibiotik L Karena syndrome SOOCA
ini sudah kronik hingga bermetastasis ke dalam jiwa raga maka aku menelepon
mamah untuk menenangkan diri.
“Hallo assalamualaikum mamah”
“aya naon neeeeeeng?” (ada
apa neng?)
“Mah, takut... aku
ngadeg-deg mah”
“Naha bet ngadeg-deg?”
“Ih ai mamah apanan hari ini aku SOOCA. Pangdo’ain atuh mah”
(kan hari ini aku SOOCA. Tolong do’ain
dong)
“enyaaaa.... naon sih nu henteu keur anak mah. Da mamah mah
pasti ngadu’aan kamu. Kamu pan udah berusaha nya pasti ku gusti Alloh ge dibere
nu pang terbaikna”
“tapi takut” *sambil mau nangis tapi ditahan-tahan*
“pasti bisa!! Anggap weh dokterna beurit” (pasti bisa!! Anggap saja dokternya adalah
tikus)
“haha.. iya mah iya.. yaudah atuh mah aku mau ngapalin lagi.
assalamualaikum”
“waalaikumsalam.... sukses nya!!”
Tak lama kemudian ada 3 sms masuk. Ternyata sms-sms tersebut
dari teh Dwi, kang Uchin, dan kang Dudu. Mereka semua menyemangati dan memberi
do’a untuk keberhasilan SOOCA. Aku merasa tertampar dan ingin nangis. Hey Ver,
orang lain aja percaya kamu bisa, kok kamu sendiri ga percaya sih?? Aku jadi
teringat ucapan teh Dwi, dunia ini luas, masa sih mau dikalahin sama SOOCA?
Jam menunjukkan pukul 6. Aku, Lusi (yang belum mandi, haha),
dan Ulfah berangkat menuju kampus tercintauntuk SOOCA. Wardah dan fadillah
ratih mendapat jadwal SOOCA jam 10. Sebelum
berangkat tak lupa aku meminta do’a kepada Bu Ruri dan teteh bale mart
tercinta. Selama perjalanan aku sibuk komat-kamit case 8 meski ga masuk-masuk
ke otak. Sesekali aku memberi semangat kepada teman-teman yang aku temui di
jalan. Langit terlihat mendung dan tidak bergairah. Ah mungkin langit juga
galau melihat manusia yang galau karena mau SOOCA.
Setelah sampai di kampus tercinta, aku langsung menuju ke
ruang isolasi yakni di A63. Di situ sudah ada banyak kursi untuk kami menunggu.
Tanpa ihat kanan kiri aku langsung duduk dan kembali menghapal. Sesekali aku
bertanya pada teman-teman tentang LO yang membahas tentang antibiotik alternatif
untuk menggantikan Amoxicilin karena (masih) belum hapal. Aaaaa ya Alloh jangan
biarkan hambaMu ini mendapat case 8 L
Ulfah mendapat kloter pertama. Ulfah memang mengharapkan
mendapat kloter pertama. Ah lupakan tentang Ulfah, sekarang ini nasib case 8
gimana?? Karena depresi aku memutuskan untuk membaca-baca case yang lain
seperti case 5 yang tanpa sadar sudah aku telantarkan. Eh sialnya tak lama
setelah Ulfah dipanggil, kini aku dipanggil untuk kloter ke2. Hah? Aku? kloter
ke2? Rasanya deg-deagan luarrrrrr biasaaa. Aku memasukkan draft SOOCA ke tas
dan maju menuju antrian. Pikiranku sangat kacau saat itu. Aku hanya bisa bedo’a
supaya mendapat case yang menurutku mudah, dilancarkan pergerakan tangannya
pada saat menulis flipchart, dilancarkan pergerakan lidahnya pada saat
persentasi, serta mendapat penguji yang diluluhkan hatinya.
Setelah sampai di gedung ujian di A42, aku mengambil kertas
undian. Daaaaaaan, aku mendapatkan case...............2!!!!!! Horreeeee!!
Sebenarnya aku belum terlalu menguasai case ini sih, tapi aku tetap bersyukur
karena aku tidak mendapat case 8 yang susah dihapal antibiotiknya atau case 5
yang secara tidak sengaja terlupakan. Aku mengucap bismillah ketika akan
menulis flipchart. Alhamdulillah aku dapat menulis flipchart dengan tenang dan
entah kenapa terasa sangat mudah menulis! Haha, yap mungkin ini adalah kekuatan
do’a.
Kini saatnya mempresentasikan apa yang sudah aku tulis di depan
para dosen. Saat bel berbunyi aku masuk dengan perasaan tenang ke ruang uji. Disitu
sudah menunggu dengan santai dr. Adi yang memakai baju coklat dan dr. Hamda yang
memakai baju warna merah. Aaaaw!! Dua warna itu adalah warna yang aku suka. Boleh
teriak dulu ga? Hehe. Setelah aku masuk ruangan aku menandatangani daftar
hadir. Sementara itu, dr. Hamda membantu aku memasangkan flipchart. Subhanalloh
kurang baik apa sih Alloh sama aku hari
ini?
Aku persentasi dengan lancar dan tenang. Dua dokter muda ini
terlihat sangat memperhatikan persentasiku. Setelah selesai aku disuruh keluar
dulu sebentar untuk mereka merekapitulasi nilai. Beberapa saat kemudian aku
dipanggil kembali untuk evaluasi.
“Ya silahkan masuk” kata dr. Hamda
“Oh iya..”
“Kok tegang gitu sih? Kan belum diumumin” Kata dr. Adi.
“hehe” *ketawa maksa*
“Kamu tadi persentasinya sudah sangat bagus. Waktunya sesuai,
ngomongnya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, kamu juga menjelaskannya
secara sistematis dan tidak berantakan”
“Alhamdulillah” *senyum merekah*
“Tapi......”
“..” *menelan ludah dan menghilangkan senyum*
“Ada point-point yang kamu kurang tepat menjelaskannya. Pertama,
Concept map kamu ada yang kurang dikit, kedua, kamu kurang menjelakan tentang
diagnostic test. Seharusnya pada diagnostic test itu kamu menjelaskan tentang
bagaimana tahapan-tahapan mendiagnosisnya.”
“Loh dok, tadi kan saya sudah menjelsakannya”
“Kurang lengkap. Seharusnya tahap-tahapnya lebih jelas
seperti zat-zat apa yang ditambahkan, kemudian waktunya berapa lama, yang
dilihat apa saja, kenapa yang dilihatnya itu. Kemudian juga kamu seharusnya
menjelsakan tentang spesimen apa saja yang digunakan dan alasannya. Mengapa? Karena
materi besar yang dibahas pada case ini adalah itu”
“.......” *dalam hati aku bilang: Ah Damn, terus kenapa
selama ini belajar di tutor dan lecture majoritas belajar cacing mulu??
“Dari saya segitu aja. Dr. Hamda mau menambahkan?” Tanya dr.
Adi pada dr. Hamda
“oia kamu juga disini keliru BHP nya. Seharusnya Mass
Deworming itu masuknya ke materi PHOP”
“Ooooooh”
“Saya dan dr. Hamda sepakat untuk memberi kamu nilai A”
“waaaaa makasih dok :’)”
Aku keluar dengan senang dan secepatnya kembali ke Bale
untuk mengapresiasi tubuh sendiri yang selama 2 hari aku dzolimi tanpa henti
untuk SOOCA2an.
“Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (QS Al-Baqarah 214)
Jatinangor, 14 Januari 2013
Vera Dianwari