24 April
2013. Hari ini adalah hari yang dinanti
oleh akang dan teteh 2007. Yap, hari pengangkatan Sumpah Dokter gelombang III.
Pada hari ini aku bertugas menjadi protokoler bagian LO tamu VIP dan
Rohaniawan. Jujur aku agak nervous dan takut salah saat bertugas. Malam sebelum
hari ini aku tidak bisa tidur. Aku gelisah bagai nasib sang kentut yang ingin
keluar tapi ditahan-tahan. Hahaha.
Aku memasang
alarm pukul 02.30. Aku tidak mau ditinggal mobil teh Herza yang katanya akan
datang pukul 05.00. Tapi emang dasar JAHE (Jago Hees) akhirnya aku bangun pukul
02.50. Dengan muka panik ditambah dinginnya udara jatinangor yang merasuk ke
dalam sukma, aku
mengambil baju dan handuk untuk mandi. Emang dasar udara dingin yang
menggelitik terlalu keras membuatku enggan untuk mandi dulu. Supaya badan
sedikit hangat dan berani bertempur melawan air untuk mandi, aku minum
secangkir teh tarik dulu.
Setelah
merasa cukup hangat, aku melangkahkan kaki ke kamar mandi dan mandi dengan
cepat supaya bisa lekas berdandan. Aku mandi sekitar 30 menit (ini cepet atau
lama sih?). Jam menunjukkan pukul 03.32 dan dengan segera aku langsung
membangunkan Ulfah yang bertugas sebagai paduan suara. Awalnya Ulfah sulit
dibangunkan tapi dengan sedikit goncangan ala Vera yang cetar membahana akhirnya
Ulfah bangun dan mandi.
Aku
berdandan di kamar Chika karena aku tidak mempunyai alat kosmetik. Maklum lah
udah cantik, ga perlu dipoles-poles lagi (hahahoek). Tapi karena memang
dituntut untuk berdandan akhirnya aku berdandan seadanya (hanya memakai pelembab,
foundation, bedak, eye shadow, maskara, dan lipstik). Banyak yang bilang aku
seperti tidak memakai makeup sehingga aku harus sedikit mempertebal lipstik di
bibirku.
Jam
menunjukkan pukul 05.00. Teh Herza belum datang. Waah seriusan nih?? Yaudah lah
mungkin dia di jalan, pikirku.
Jam
menunjukkan pukul 05.20. Teh Herza belum juga datang. Di SMS gabisa, ditelepon
ga bisa, di BBM juga ga bisa. Aku dan
teman-teman lain (Ina dan Putri) mulai khawatir jangan-jangan kami ditinggal.
Tapi sih sepertinya memang masih di jalan karena Teh Nana yang akan mengantar
John dan Akbar pun belum datang. Untuk membunuh waktu kami bercengkrama sambil
makan roti dan popmie. Akbar bercerita tentang ulang tahunnya yang ke 18.
Katanya Akbar dikerjai habis-habisan oleh ibunya. Ibu Akbar mendandani Akbar
seperti wanita saat ia tertidur nyenyak dan saat Akbar bangun mulutnya
dimasukin garam. Hahaha.
Pukul 05.45
Teh Nana datang. Teh Nana merasa heran kenapa Teh Herza belum datang. Sebelum
berangkat ke Bandung (tempat pengambilan Sumpah Dokter), Teh Nana menyuruh
Putri menelepon Teh Herza menggunakan handphonenya. Setelah beberapa kali tidak
diangkat akhirnya Teh Herza mengangkat teleponnya. Katanya dia sedang di jalan
menuju bale. Setelah memastikan Teh Herza di jalan menuju bale, Teh Nana segera
melesat ke Bandung bersama Akbar dan John.
Jam
menunjukkan pukul 06.15. Teh Herza masih belum datang. Aku dan yang lainnya
mulai panik. Duh gimana nih? Gimana kalau teh Glo marah
gara-gara kita telat?? Setelah menunggu sekian lama yang sangat lama sekali,
akhirnya teh Herza datang menjemput kami ke bale pukul 06.30. Teh Herza meminta
maaf kepada kami karena dia bangun terlambat. Dia bilang dia habis jalan-jalan
sampai larut malam bersama teh Dita.
Mobil Teh Herza pun melaju setelah menjemput teh Dita di Pinewood. Teh Dita
cukup lama sekali keluar dari apartemen. Wah kalau gini udah pasti banget
terlambat nih!!! Jam sudah menunjukkan pukul 06.40 dan acara dimulai pukul
07.30. seharusnya sebagai protokoler yang professional kami datang lebih awal,
tapi ini sudah sangat terlambat!!!!
Setelah Teh Dita datang sekitar pukul 06.49, kami semua langsung melesat ke
Bandung. Entah berapa kecepatan yang dipakai teh Herza untuk mengendarai
mobilnya. Pokoknya sangaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat cepat!!! Aku sampai mual di dalam
mobil. Mulut rasanya sangat asin dan perut berputar tak karuan. Aku hanya bisa
minum air putih untuk meredakan mualku. Aku
ngeSMS Ulfah bertanya padanya apakah dia memiliki Tolak Angin. Sumpah,
sepertinya aku akan muntah ketika sampai. Tapi untunglah teh Dita memiliki
permen karet mint sehingga rasa mual dan ingin muntahku hilang.
Yap! Akhirnya kami semua sampai di Graha Sanusi Bandung pukul 07.21. disana
sudah ada banyak sekali orang. Waduh tuh kan telat. Menurut informasi dari
beberapa protokoler, tadi pagi ada briefing dari teh Glo tentang beberapa
perubahan dan pembagian kertas kursi. Aku yang baru datang tentu saja bingung. Tapi
untunglah teman-teman protokoler lain berbaik hati memberitahu apa-apa yang
diberitahukan saat briefing.
Rohaniawan pertama yang datang adalah dari agama buddha. Dari perawakannya
menurutku dia mirip dokter Santo sang dosen CRP. Rohaniawan kedua ynang datang
adalah dari agama kristen protestan. Nah kalau ini sepertinya sih orang sibuk
karena dia selalu mengetik sms dalam keadaan apapun. Setelah sekitar beberapa
aku melihat denah kursi, aku baru sadar bahwa aku salah menempatkan mereka di
tempat duduk. Aku malah menempatkan mereka di tempat duduk orang tua. Seharusnya
aku menempatkan mereka di tempat duduk VIP. Ngerrrrrrrr..
Tamu-tamu pun akhirnya memenuhi gedung. Jam menunjukkan pukul 09.00. Aku
baru tahu kalau acaranya memang diundur menjadi pukul 09.00 *akibat telat dan
ga ikut briefing*. Pada tepat pukul 09.00 ini pintu gerbang ditutup sehingga tidak
ada yang boleh masuk kecuali setelah prosesi do’a selesai. Teman-teman
protokoler resepsionis menjadi barikade. Aku disuruh menjaga meja resepsionis. Saat
aku menjaga meja, seorang lelaki yang mana merupakan orang-tua dokter baru
mengajaku mengobrol.
“Eh neng, kamu kerja kaya gini dibayar berapa?”
“Oh enggak Pak, kami tidak dibayar”
“Lah, terus kenapa anak saya ditagihin uang 100.000?”
“Mungkin itu untuk biaya makan siang, dekorasi, souvenir, dan lain
sebagainya pak”
“Wah masa? Haha ga mungkin. Itu kan beda”
“Waduh kalau masalah itu saya kurang tahu pak, maaf.”
“Ih benerean nih kamu berdiri kayak gini ga dibayar sama sekali?”
“Iya pak, ini memang sudah tugas kami. Kami tidak dibayar” jawabku sambil
terus tersenyum.
Prosesi pembacaan do’a telah selesai. Para tamu yang tidak bisa masuk
karena terlambat kini bisa masuk. Aku sebagai LO tamu VIP dan Rohaniawan ikut
masuk dan berdiri di samping para tamu VIP dan rohaniawan.
Acara selanjutnya adalah pemanggilan dokter muda untuk menerima naskah
sumpah dokter serta kitab suci masing-masing agama. Entah mengapa tapi aku
merasa sangat senang ketika nama akang-teteh 2007 dipanggil namanya. Palagi kalau
yang dipanggil dengan kata ‘Cum Laud’ di belakang namanya. Rasanya jadi
termotivasi untuk menjadi seperti mereka para CumLauders. IPK tertinggi pada
sumdok kali ini dipegang oleh Teh Monik, sang Mahasiswa Berprestasi tingkat
Unpad dengan IPK 3.81. wow!! Subhanalloh :’)
Setelah semua nama dokter muda dipanggil, kini saatnya upacara pengambilan
sumpah. Aku mengantarkan para rohaniawan untuk berbaris di dekat dokter muda
sesuai dengan agamanya masing-masing. Sebenarnya aku sudah sangat sering
mendengar kalimat-kalimat sumpah dokter, apalagi pada saat pelajaran BHP. Tapi enatah
mengapa pembacaan sumpah dokter kali ini terasa berbeda. Rasanya seperti ‘JLEB’
banget gitu. Terasa makna yang begitu mendalam di setiap kalimat yang
diucapkan. Mataku sudah berkaca-kaca tapi aku tetap menahan supaya air mata
tidak tumpah. Aku tidak ingin makeupku hancur.
Acara selanjutnya adalah penandatanganan surat bukti sumpah dokter dan
sambutan dari dokter dokter baru yang diwakili oleh Kang Dani Ferdian. Beliau
adalah ketua angkatan 2007. Pidatonya kang Danfer sungguh mengesankan, apalagi
pada bagian terakhir. Dia bercerita tentang kehidupan dokter dan orang-tua. Seketika
aku inget mamah dan bapa. Kang Danfer bercerita tentang dokter yang sangat
sibuk hingga jarang bertemu dengan orang-tua mereka. Tapi, bagaimanapun keadaan
kita, orang-tua akan selalu mendukung kita dan mendo’akan yang terbaik bagi
kita. Satu hal yang aku ingat dari kata-kata kang Danfer: “Acara sumpah dokter
ini adalah salah satu bentuk abdi seorang anak kepada orang-tuanya terlepas
dari hasil yang ia dapatkan baik cumlaud ataupun tidak. Ini semua adalah usaha
maksimal yang dapat kami berikan”. Seharusnya sambutan ini hanya diberi waktu 3
menit, tapi nampaknya kang Danfer berbicara cukup banyak dan menghabiskan waktu
15 menit. Duh kakiku mulai pegal. Tapi aku harus tetap bertahan karena anggota
protokoler HARUS professional.
Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Kang Ubaidillah selaku ketua forum
dokter muda. Beliau juga sebenarnya hanya diberi waktu sambutan 3 menit. Tapi
ya...hmmmm.... sekali lagi sambutan berlangsung lebih dari 3 menit.
Selanjutnya sambutan dari dr. Bambang selaku ketua alumni FK Unpad. Ini juga
sebenarnya hanya diberi waktu 3 menit. Tapi siapa sih yang bisa pidato Cuma 3
menit? Beliau lagi-lagi pidato lebih dari 3 menit. Aku pun apabila disuruh
memberikan sambutan atau pidato pasti akan lebih dari 3 minit. Menurutku 3
menit itu hanya cukup untuk pembukaan sambutan saja. Nah ini adalah point
evaluasi yang perlu diperhatikan oleh seksi acara sumpah dokter.
Sambutan selanjutnya adalah dari dekan FK Unpad tercinta, Prof. Dr.med. Tri
Hanggono Achmad,dr. Sudah bisa dipastika beliau pasti akan memberikan sambutan
dengan waktu yang sangat lama. Pada sesi ini kakiku sudsh bergetar dan tak kuat
menahan bera badanku, apalagi aku memakai sepatu tinggi. Aku melihat sekitar
siapa tau ada teman protokoler yang mau menggantikan aku. Tapi,,, there’s no
one!! Loh, teman-teman protokoler pada kemana? Kok tinggal aku sendiri? Karena
sudah tidak kuat, aku langsung jalan cepat keluar ruang prosesi.
Saat keluar, hmmmm,... mereka sedang asyik berfoto ria tanpa aku. Teh Glo menghampiriku
sambil tersenyum.
“Pasti pegel ya?”
“iya Teh..”
Aku akhirnya diberi minum dan sedikit snack kecil untuk mengganjal perut.
Setelah dirasa kuat untuk berdiri, aku kemudian berdiri lagi dan masuk ke ruang
prosesi. Sekarang adalah acara yang paling membuat cirambai semua orang
termasuk para tamu undangan. Ya, penyanyian lagu dan pembacan puisi serta
pemutaran video berisi kumpulan foto masa kecil para dokter muda. Aaaaaa ini so
sweet banget... pada saat paduan suara menyanyikan lagi “Andai Aku Besar Nanti”,
para dokter muda memberikan rangkaian bunga kepada orang-tuanya masing-masing. Aaaaaa,
ini udah ga bisa ditahan lagi. Aku nangis! Aku langsung teringat orang-tuaku di
rumah. Aku tidak mau nangis tapi air-mata ini mengalir tanpa ada kontrol.
Untungnya ternyata maskara yang aku pinjam dari Chika adalah waterproof. Fiuh....
untunglah.. Chika memberiku selembar tisuue untuk mengelap air mata yang
bercucuran. Aaaaa makasih Chikaaa...
Acara selanjutnya adalah ramah tamah. Tapi sebelumnya aku dan teman-teman
protokoler lain harus membagikan souvenir titipan kang Ubaidillah terlebih
dahulu. Naaaaaah baru deh MAKAN-MAKAN!!! Yuhuuuuuuuu.. Cihuuuuuy!!! Inilah
waktu yang ditunggu-tunggu. Aku mencoba hampir semua makanan yang aku juga lupa
apa nama makanan tersebut. Hohoho...
Ada banyak kejadian unik ketika makan-makan.
- Kang Dudu dan John meminum fla pudding karena
kehabisan pudding. Awalnya John mengolok-olok Kang Dudu tapi ternyata dia
malah ketagihan. Kang Dudu dan John menghabiskan satu gelas air mineral
fla pudding dengan cara disedot menggunakan sedotan.
- Kang Dudu ngegaring luar biasa garing.
“Ih kenapa coba itu kambing guling dimakan?kenapa ga dipeluk aja?”
Rrrrrrr... kalau ini lagi running man aku mau setel musiknya Gwangsoo. Terengteng
terengteng.. terererenteng... terererenteng.. tererereng...
- Nadia dengan hebohnya meneriakkan nama kecengannya. Siapa
dia? Yap, sebut saja RYM :D :D.
“Aku mau RYM...”
“RYM terimalah cintaku”
“Aaaaaaaah RYM.....”
“Eh liat itu ada RYM jemput aku pake payung biru”
- Dan lain-lain
Sejujurnya aku agak sedih ketika makan-makan. Aku ga kebagian pudding : (
padahal katanya puddingnya enak. Sensasinya sangat menggoda membadai. Akhirnya aku
hanya kebagian flanya doang. Tapi aku makan fla tidak segila John dan kang
Dudu.
Saatnya pulaaaaaaang.. Kali ini aku
pulang naik bus kebangsaan FK karena mobil teh Herza sudah penuh. Saat sudah di
bus aku ingat bahwa papan jalanku ketinggalan. Tadinya aku mager mengambilnya
karena di luar turun hujan. Aku pun menelepon orang-orang yang sekiranya masih
berada di gedung. Eh sialnya yang aku teleponi sudah pada meninggalkan gedung
sehingga terpaksa aku harus mengambilnya. Aku meminjam sepatu Tantika untuk
berlari. Gila aja kalau aku lari-lari di tengan hujan pake sepatu tinggi. Ntar malah
dikira cinderella (apasih ver) hahahaha. Setelah mendapatkan kembali papan
jalanku, bus FK pun melesat ke Jatinangor mengantarkan kami pulang.
Sungguh acara Sumpah Dokter ini sangat mengharukan. Ini adalah pengalaman
yang sangat menyenangkan untukku sebagai mahasiswa tingkat 1. Terimakasih Protokoler
FK Unpad yang telah mengizinkan aku merasakan suasana Sumpah Dokter 2007 ini.
Ini akan aku jadikan motivasi supaya aku bisa lebih giat belajar.
PROTOKOLER!!!! PRO PRO PRO PROTOKOLER PROFESSIONAL!!!
Jatinangor, 24 April 2013
Vera Dianwari