RSS

Angan-Angan

Perjalanan setengah windu
Menyusuri sungai angan-angan
Diiringi tentara melodi
Menyanyikan aliran rindu
Ketika dua bola mata menjadi candu
Meneteskan liur kekaguman
Mengalir di sungai angan-angan
Menjadi kenangan tak terlupakan
Tubuh tiang listrik pemberian Tuhan
Mentransmisikan impuls pesona
Merangsang sel-sel syaraf
Dan mensekresikan racun asmara
Menyusup ke pori hati yang paling dalam
Menjadi parasit yang ikut hidup dan berdenyut
Denyut-denyut candu
Yang menghidupi kehidupan di sungai angan-angan
Kemana kau akan mengalir?
Apakah kau mampu melewati hilir?
Mengarungi samudra bersamaku?
Menghapus jejak keraguan yang kau tinggalkan?
Akankah sungai angan-angan berubah menjadi sungai kehidupan yang mengalir ke samudra?
Semua hanya angan-angan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

DI BAWAH POHON BERINGIN


hai hai,,,, udah lama ku ga posting blog. heheeee... maaf ya kawan-kawan... oia berhubung ada tugas menulis drama dari guru bahasa indonesia aku, akhirnya aku posting deh... nih nih,,, monggo dibaca....
lama aku ga Suatu hari, setelah adzan ashar berkumandang, dua orang lelaki bujangan duduk di bawah pohon beringin, tempat di mana mereka menghabiskan hari sebelum matahari terbenam. Mereka duduk dengan menyelonjorkan kaki dan menghisap sebatang rokok yang di pegang di tangan kanan mereka. Tepat 10 meter dari tempat mereka duduk, terdapat antrian pembagian sembako gratis dari masjid Jami’ Khusnul Khotimah.
Tigor : hey Jun! (sambil menepuk bahu Junet)
Junet : Apa? (melihat Tigor sambil menghembuskan asap rokok dari mulutnya)
Tigor : Lihatlah wanita itu!
Junet : Wanita yang mana?
Tigor : Itu tuh, wanita yang sedang mengantri. (menunjuk antrian)
Junet : Semuanya juga wanita, Gor! Semuanya sedang mengantri.
Tigor : Ah kau, wanita yang masih muda lah! Masa nenek-nenek?
Junet : Yang mana sih? Semuanya juga cantik menurutku. Hahaha
Tigor : (berbicara dengan logat Batak dan sedikit kesal) Susah benar bicara dengan orang macam kau!
Junet : Hahahahaha…. Aku serius Bung! Wanita mana yang kau maksud? Kan sudah kodratnya semua wanita itu terlahir cantik dan sempurna oleh Tuhan.
Tigor : Yang memakai baju merah muda dan berkucir kuda. (kembali menunjuk wanita di antrian)
Junet : Maksudmu wanita yang berdiri di depan nenek Halimah? Namanya Lilis.
Tigor : Yoi!
Junet : Namanya Lilis.
Tigor : Hey, kau kenal dia, Jun? (ekspresi bingung dan penasaran)
Junet : Tak kenal benar sih.
Tigor : Lantas?
Junet : Dia pernah ke rumahku untuk pinjam uang pada Abah.
Tigor : Pinjam uang untuk apa?
Junet : Mana aku tahu! Aku bukan tipe orang yang suka ikut campur masalah orang.
Tigor : Oh. Seringkah dia pinjam uang pada Abahmu?
Junet: Hmmmmmh… (meletakkan jari di dagu sambil memandang ke atas) Cukup sering sih. Tapi Abah sering mengikhlaskan uang yang ia pinjam. Katanya sih kasihan.
Tigor : jadi dia orang tak mampu toh?
Junet : Kau buta ya? Kalau dia mampu, mana mungkin dia mengantri untuk dapat sembako gratis! Ah, kau ini!
Tigor : oh iya ya.. (menghirup rokok yang tinggal sepanjang kelingking)
Junet : Dasar Lemot!!
Tigor : Apa kau bilang? (dengan emosi siapa melayangkan tinju ke muka Junet)
Belum sempat tinju alaBatak mengamuk mendarat di muka Junet, tiba-tiba suara lembut nan rupawan mengalihkan perhatian Tigor dan Junet.
Lilis : Assalamualaikum..
Junet : Eh Lilis! Waalaikumsalam Lis. Ada apa ya Lis?
Lilis : (malu-malu) Emhhh… anu Kang…
Junet : Kenapa Lis? Katakan saja…
Lilis : Apa Abah ada di rumah?
Junet : Kalau sekarang sepertinya tak ada. Tapi, cobalah kau dating ke rumah nanti malam.
Tigor : Mau pinjam duit ya?
Lilis : (menggigit bibir manisnya dengan wajah yang memerah) Anu…. Emh….
Junet : Bicara apa kau Gor?? Tak sopan sekali! Kenal saja tidak!
Lilis : (wajah masih merah dan menundukkan pandangan) Maaf kang saya harus pergi. Emak menunggu di rumah. Assalamualaikum.
Junet dan Tigor : Waalaikumsalam.
Setelah Lilis pergi jauh dan tak terlihat lagi rambut kucirnya, terjadilah perdebatan lagi antara Tigor dan Junet.
Junet : Kau ini bagaimana sih? Wajah Lilis tadi memerah tau! Dasar Batak! Tak bias apa sedikit saja menghargai orang?
Tigor : Ini kan mulutku. Terserah aku mau berkata apa.
Junet : Jika kau seperti ini terus, aku ykin tak akan ada yang mau jadi pacarmu.
Tigor : Siapa bilang? Jangan asal bicara kau ya! Kau ini bukan Tuhan tau! Meskipun aku galak, aku ini masih ngerti soal agama.
Junet : Aku memang bukan Tuhan, tapi faktanya, tak ada wanita yang mau dekat dengan kau. Buktinya Lilis saja sampai pergi.
Tigor diam sesaat. Dia menyadari bahwa perkataan Junet ada benarnya.
Tigor : Memangnya ada ya wanita yang mau mendekati kau?
Junet : Hah?
Tigor : Apa perlu aku ulangi kata-kataku?
Junet : (terkekeh) sebenarnya banyak yang mengantri untuk jadi pacarku. Tapi, aku saja yang belum menjatuhkan pilihan.
Tigor : Oh, macam antrian sembako tadi ya?
Junet : Ya, tapi yang mengantri tentu saja wanita cantik, bukan nenek-nenek.
Sejenak mereka diam. Sesekali mereka mengsihap rokok yang hampir habis dan mengepulkan asapnya ke udara.
Tigor : Kau mau taruhan tidak?
Junet : Taruhan untuk apa?
Tigor : Cari pacar. Kita kan sudah dewasa. Masa tak punya pacar?
Junet : Maksudmu?
Tigor : Jika dalam waktu satu bulan kau belum mendapat pacar, kau harus teraktir aku di warung Bude Titin. Begitu pula dengan aku. Jika aku kalah, aku yang teraktir kau.
Junet : Oke. Siapa takut?
Mereka berdua pun saling tos dan berjalan meninggalkan pohon beringin menuju rumah masing-masing karena adzan maghrib telah berkumandang.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS