RSS

Mawar Merah




Bunga itu tergeletak tak jauh dari tempat tidurku. Jumlahnya ada 14. Dibungkus di dalam kardus bening seperti kardus yang digunakan untuk membungkus barbie yang ada di mall. Wah, ini bunga dari kak Andi, pikirku. Namun ada yang aneh dari bunga itu. Bunganya nampak layu. Warnanya sudah merah kecoklatan dan tidak segar lagi. Ah sudahlah, apa artinya bunga layu dibandingakan dengan hari ini? Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan dimana aku dan kak Andi akan merayakan hari jadi kami yang ke 14 bulannya. Tapi  aku berjanji akan menagih bunga yang lebih bagus saat bertemu dengannya.

Aku terlalu bahagia sampai-sampai melewatkan koran pagi yang biasa aku baca tiap pagi sebelum kak Andi datang menjemputku dan memberiku kecupan selamat pagi. Aku sibuk berdandan secantik mungkin untuk merayakan hari jadi ini di Restoran Franda, restoran tempat kami selalu merayakan hari jadi kami.

Aku menunggu kak Andi di teras rumah sambil memegang mawar merah yang masih terbungkus. Banyak sekali orang berlalu-lalang namun kak Andi belum muncul. Aku melihat jam di tangan. Huh, lama sekali sih kak Andi... Sudah satu jam kok tidak datang?? Kuputuskan untuk menunggunya sampai setengah jam lagi. Mungkin macet, pikirku.

Setengah jam pun telah berlalu. Kak Andi belum memunculkan batang hidungnya. Ih kemana sih dia? Aku  berjanji pada kak Andi untuk tidak berkomunikasi seminggu sebelum hari jadi kami. Kak Andi bilang ingin membuat kejutan spesial untukku hari ini. Tapi ini sudah keterlaluan!! Kucoba kirimkan sms padanya, tapi tak ada balasan. Kucoba telepon, tapi tak diangkat. Kesal pun memenuhi kepalaku. Dengan gusar kulangkahkan kakiku menuju rumahnya. Tak lupa kubawa mawar layu yang kak Andi berikan. Ada apa sebenarnya? Haruskah kak Andi seperti ini di hari yang sangat penting bagiku dan dirinya?

Kuketuk pintu rumahnya sangat keras. Tak ada jawaban. Kucoba membuka pintu rumahnya tapi sayangnya dikunci. Uh sial. Seorang pria seumuran kak Andi mendekatiku, nampaknya dia kenal kak Andi.

"cari Andi ya?"

"i.. Iya. Saya pacarnya"

"oh pantesan seminggu kemarin Andi sibuk pergi ke toko bunga, ke toko hadiah, ke toko kue, ke restoran..."

"franda?"
"ya ya.. Franda! Dia pergi ke sana juga! Katanya mau mempersiapkan kejutan untuk pacarnya. Ternyata pacarnya adalah kamu ya, hahaha"

Pria itu lalu merogoh tas nya. Nampaknya dia mencari sesuatu. Belum sempat ia menemukan apa yang dicari, kuputuskan untuk pamit.

"emh kak, makasih ya infonya.. Sepertinya kak Andi sedang menungguku di restoran itu"

"hey hey hey tunggu dulu.. Aku aku..."

Aku segera melesat ke restoran Franda tanpa memerhatikan pria tadi. Aku harus segera sampai ke restoran. Aku yakin kak Andi pasti sedang menunggu di sana dengan kejutan-kejutan istimewa. Aku berlari sambil memeluk mawar layu itu. Senyum merekah dari bibirku. Aku tahu kak Andi tak akan pernah lupa hari jadi kami.

Sesampainya di restoran aku langsung duduk di tempat biasa aku duduk bersama kak Andi. Seorang pelayan mendekatiku dan tersenyum dan memberikan minuman selamat datang.

"selamat siang mba Sita.. Kok tumben sendiri? Mana pacarnya?"

"Kak Andi lagi bikin kejutan untukku mungkin mba... Hehe"

"mba temenin saya dong.. Ga ada temen nih.."

"duh tapi kerjaan masih banyak nih mba Sita.. Maaf ya.."

"oh, yaudah deh gapapa.. Eh ada koran ga? Saya lupa baca koran hari ini.."

"hahaha ada sih.. Tapi disini adanya koran Prancis.. Mau?"

"yah, yaudah deh gapapa. Eh emang mba ga baca koran hari ini gitu?"

"hahaha... Gak ada waktu mba..."

Dengan segera pelayan tadi membawakan koran berbahasa Prancis untuku. Aku membacanya meski tiada satu kata pun yang bisa kumengerti. Huh.. kak Andi lama banget sih! Bosan menunggu, aku menutup koran Prancis tadi dan mengaduk minumanku. Kulihat sekitar tapi kak Andi tak juga muncul.

Tak terasa aku menunggu kak Andi sampai tertidur. Kulihat jam di dinding restoran. Jam 5 sore?? Selama itukah aku menunggu?? Aku mencoba menghubungi kak Andi, namun tak ada jawaban. Kemana sih kak Andi?? Aku kesal dan berniat untuk pulang ke rumah. Bunga mawar layu yang aku bawa-bawa pun aku buang ke tempat sampah restoran. Aku benci kak Andi!!! Di pintu restoran sudah ada seseorang menungguku. Bukan kak Andi, melainkan pria tadi yang aku temui di rumah kak Andi.

"loh kok kakak disini?"

"ada berita buruk Sita.."

"eh kakak kok tau namaku?"

"tahu darimana namamu itu tidak penting. Tapi ada kabar buruk. Ini tentang Andi."

"ada apa dengan kak Andi?? Apa terjadi sesuatu dengannya??"

"Andi....... Andi dibunuh..."

"dibunuh??? Sama siapa? Kenapa bisa??" tangisanku meleleh dan aku terjatuh dalam tangis.

"sabar ya Sita... Aku tahu ini pasti berat untukmu"

"kenapa kakak bisa tau hal ini?? Siapa yang membunuh kak Andi??"

Entah apa yang terjadi tiba-tiba saja pria itu memukul kepalaku hingga aku pingsan.

Kepalaku terasa berat dan berputar-putar. Aku tak dapat melihat dengan jelas saat kubuka kedua mataku. Hey aku dimana? Kulihat sekeliling namun sulit rasanya karena keadaan terlalu gelap. Kenapa baunya seperti bau busuk?? Seperti bau darah. Ah aku memang tak pernah suka bau darah. Melihat darah pun aku benci. Baunya bisa membuat aku mati jika berlama-lama menciumnya. Tiba-tiba lampu menyala. Aku sangat terkejut saat melihat ke sampingku. Kak Andi!!! Itu kepala kak Andi!!! Aku menjerit dan menangis sekerasnya. Aku tak kuasa melihat kepala pacarku sendiri yang terpisah dari tubuhnya berada tepat di samping kepalaku.

Seseorang menamparku hingga aku berhenti menjerit karena kaget.

"berhenti menangis!!" teriak seorang pria yang ternyata adalah pria yang sama yang kutemui di pintu restoran. Aku pun kembali berteriak. Aku berteriak bukan karena takut melihat pria itu, tapi karena yang ia gunakan untuk menamparku tadi adalah potongan tangan kak Andi. Aku tau percis itu adalah tangan kak Andi. Aku mengenali gelang kepang tali yang terikat pada tangan itu. Itu gelang kak Andi yang aku buat saat kami pertama pacaran!! Aku tak kuasa menahan air mata yang terus mengalir.

Aku ingin kabur dari pria itu. Aku berusaha bangun dari posisi tidur sejak aku bangun dari pingsan. Tapi...kenapa sulit sekali?? Ah sial, pria itu mengikan kaki dan tangaku di kasur. Aku meronta siapa tahu pria itu jadi baik hati dan melepas ikatan kaki dan tanganku. Tapi, nampaknya dia tidak senang. Dia kembali memukulku menggunakan potongan tangan kak Andi.

"kenapa kamu lakuin ini sama kak Andi?? Kenapa??? Apa salah kak Andi??" tanyaku dengan sedikit menjerit.

"Kenapa aku  melakukannya?? Melakukan apa? Aku tidak melakukan apa-apa. Kamulah yang melakukan ini pada Andi. Kamu!!!"

"aku?" tanyaku heran.

"hahaha, ya, kamu! Kamu yang telah membuat Andi terbunuh. Bukan aku!"

"maksudnya apa?? Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kakak katakan. Lagipula siapa sih kakak? Apa hubungan kakak dengan kak Andi?"

Pria itu membongkar lemari yang tak jauh dari jangkauannya. Ia mengambil sebuah album foto dan memperlihatkannya padaku.

"Lihat ini!! Lihaaat!!" bentak pria itu.

"aku tak mengerti" jawabku sambil menelan ludah. Aku melihat kak Andi di foto itu sedang berpelukan mesra dengan pria yang menyodorkan fotonya padaku.

"aku Amir. Dulu Andi sangat perhatian dan sayang padaku. Tapi itu semua berubah. Semua berubah sejak ada kamu!!!!" di menunjuk-nunjuk diriku menggunakan tangan kak Andi.

"kamu sudah merebut Andi dariku!! Kini aku telah merebutnya kembali. Kamu bisa apa? Hahaaha" tawanya menggelegar. Kulihat raut kepuasan tergambar di wajahnya. Aku tak berani berkata-kata. Aku terlalu sibuk menyerap apa yang baru ia katakan. Apa benar Kak Andi itu.......gay?? Ah tidak tidak...

"Kamu tau bunga mawar yang dikirim ke rumahmu tadi pagi?"

"kenapa?" tanyaku agak takut.

"itu adalah mawar putih." katanya datar.

"maksudmu?" aku menyerengit tak mengerti.

"dasar perempuan bodoh!! Aku heran kenapa Andi menyukaimu. Itu adalah mawar putih yang kusiram darah Andi. Hahahaha.. Bagaimana kamu bisa cinta padanya kalau kamu sendiri tidak tahu kalau itu adalah darah Andi. Kamu tidak pantas untuk Andi!!"

Rasanya aku ingin menonjok si pria bernama Amir ini. Aku menenteskan air mata. Mukaku memerah ingin marah.

"lalu maksudmu kamu pantas menjadi kekasih Andi hah?? Apa ini caramu memperlakukan Andi yang kau cintai? Dengan memutilasinya?? Apa ini?? Dasar lelaki jadi-jadian!!!" aku berteriak sekeras mungkin karena aku sudah tidak kuat dengan tingkahnya.

Pria sadis itu tidak membalas teriakkanku. Dia tidak memukulku pula. Wajahnya datar setelah aku teriaki. Dia berbalik menghadap lemari dan mengeluarkan sesuatu dari lemari itu.

"Andi telah menjadi milikku lagi. setiap potong tubuhnya akan aku cintai sepenuh hati. Semua itu sungguh indah bukan?? Dan akan lebih indah lagi kalau kamu tidak hidup" katanya dengan senyuman tajam. Ternyata dia mengeluarkan golok!!

"oh ya, tapi kamu tidak akan sepenuhnya hilang. Tenang saja, aku akan mengabadikanmu melalui mawar putih seperti yang aku lakukan pada Andi. Akan kukirim bunganya pada orang-tua mu." tambahnya.

Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan? Aku berusaha melepaskan ikatan tangan dan kaki. Aku tidak mau hidupku berakhir di sini. Kak Amir semakin mendekatiku dan goloknya yang dingin kini menyentuh leherku. Aku hanya bisa memejamkan mata.

Aku yakin sedetik kemudian aku akan mati. Aku sudah bisa mencium bau surga sepertinya. Eh tapi tunggu, rasanya aku belum mati. Dan ini bukan bau surga.

Aku membuka mataku perlahan. Dua orang berbaju putih tersenyum padaku. Apa mereka malaikat?? Ah bukan. Ternyata mereka adalah petugas dari rumah sakit jiwa.. Kulihat Amir tergeletak tak berdaya. Ia kemudian dibawa keluar menggunakan tandu oleh petugas lain

"apakah anda baik-baik saja?" tanya salah seorang diantara mereka padaku.

"Maafkan kami karena datang terlambat. Kemarin ada seorang pria bernama Andi datang melaporkan bahwa temannya mengalami penyakit kejiwaan dan ingin supaya ia dirawat di Runah Sakit kami."

"tapi Andi..."

"iya, kami tahu.. Maafkan kami.." ucapnya sambil membuka ikatan tanganku dan kakiku.

Petugas rumah sakit itu menceritakan semua kejadian yang sebenarnya padaku. Aku tercengang mendengar semua yang diceritakan ptugas itu. Dari cerita si petugas kini aku tau bahwa kak Andi memang orang yang sangat baik. Amir adalah sahabat baiknya yang merupakan bekas penyuka sesama jenis. Suatu hari Amir kecelakaan dan kebiasaan menyukai sesama jenisnya kembali. Amir menganggap bahwa Andi adalah kekasihnya. Kak Andi tidak mau sahabatnya seperti itu, ia mengirimnya ke rumah sakit jiwa untuk mendapat penanganan khusus. Malang tak bisa dihindari, sebelum niat baik kak Andi dapat terwujud Amir memutilasi kak Andi.

Aku sangat bangga pernah menjadi kekasih kak Andi. Aku mungkin sedih kini ia telah tiada, namun air mata yang aku teteskan bukan hanya air mata sedih, tapi bercampur bahagia karena kak Andi adalah pahlawan.

Belum selesai petugas rumah sakit itu bercerita, aku pergi ke restoran Franda. Emh, ke tempat sampah restoran tepatnya. Aku mengobok-ngobok isi tempat sampah tersebut guna mencari mawar layu itu. Untunglah tukang sampah belum mengambil sampah restoran. Aku bisa menemukan bunga itu dengan mudah meski bungkusnya sudah agak kotor karena sampah basah restoran.

Mawar merah, mungkin lebih tepatnya mawar putih dengan darah, kini menjadi kenangan tak terlupakan dan tak akan pernah layuu dari memori hatiku. Aku mengawetkan mawar itu dalam formalin dan kaca supaya bisa menghentikan laju kelayuannya. Itu adalah bagian dari Kak Andi yang terakhir dan hanya aku yang boleh memilikinya.





Jatinangor, 15 September 2012

Vera Dianwari

 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

Anonim mengatakan...

waawww..., kaget saya ver, dikau terinspirasi dari apa?...(awalnya masih bingung ini arah ceritanya kemana, susah d tebak) tapi makin lama membaca, makin jelas arah ceritanya...

hemmm, bikin cerita2 baru yang inspiratif lgi ya.., Bu Iseu tunggu nih ^_^











Vera Praraous mengatakan...

makasih banyak bu Iseu... :D :D :D sip bu, nanti aku bikin lagi!!!

Posting Komentar

terimakasih ya sudah membaca blogku :))