RSS

From Jatinangor to Jayapura Part 1




Secial Thanks: sebagian besar foto diambil dari kamera Khaerunnisa A. H.

27 Juni 2013

Sebenarnya aku sangat excited terhadap acara pengabdian yang dilkukan oleh FK Unpad ini. Tapi entah kenapa di H-1 acara ini aku merasa stress sekali dan tidak mau sama sekali memikirkan Jayapura. Amanah yang seharusnya selesai sebelum berangkat ke Jayapura pada H-1 ini belum terselesaikan dan malah terharkoskan. Sepatu yang akan aku pakai ke Jayapura tiba-tiba menghilang begitu saja. Untungnya aku masih mempunyai satu pasang sepatu yang masih bisa dipakai meski sebenarnya tidak layak pakai lagi. Sedih lah.

28 Juni 2013

Aku bangun jam 2 pagi. Aku baru sadar kalau aku belum membereskan barang-barang yang harus aku bawa ke Jayapura. Setelah mandi barulah aku berempong-rempong ria membereskan barang-barang yang kan aku bawa ke Jayapura. Tak terasa jam sudah menunjukkan jam 4 pagi. Aku belum selesai membereskan semuanya ._. you have to know how rempong i am!!! Teman-teman sekamar lain sudah siap untuk berangkat sedangkan aku masih sibuk dengan barang bawaanku yang belum selesai dibereskan. Bahkan setelah semua orang keluar kamar pun aku masih harus kembali lagi ke kamar karena aku baru ingat ada yang tertinggal. Aaaaaaa...

Aku dan teman-teman sekamar pergi ke FK dengan berjalan kaki. Pada saat berjalan aku baru ingat kalau ternyata aku masih banyak barang yang tertinggal. Ah tapi ya sudahlah, bale sudah sangat jauh dari kakiku berpijak pada saaat itu. Jadi yasudahlah....

Sesampainya di FK, aku berpisah dengan teman-teman sekamar karena kami beda desa. Kami harus registrasi di meja yang berbeda-beda. Kalau aku waktu itu registrasi di meja yang dijaga oleh Teh Hasanah. Setelah registrasi aku dan yang lainnya shalat subuh berjamaah di masjid Asy-Syifaa. Di masjid pun aku baru ingat bahwa masih ada barang yang masih tertinggal. Tadinya mau diambil sih, tapi aku takut ditinggal bus pergi. Kabarnya sih bus berangkat dari FK pukul 5, tapi eh tapi... busnya berangkat pukul 07.00. bete? Iya! Tapi ya mau gimana lagi. Sebagai peserta Cuma bisa ngikutin aja.
Jam 07.00 bus yang aku tumpangi, yakni bus 20, berangkat dari FK. Yeaaay!!! Let’s begin this trip~~~

Bus yang kami tumpangi ditangungjawabi oleh Kang Abi, Teh Ansa, dan pak Agus, tapi kang Abi lebih suka memanggil beliau Om Agus. Hahahaha.. Bus yang aku tumpangi ini disupri oleh pak Opik dan kneknya bernama pak Mpi. Pak Opik dan Pak Mpi selalu berbicara bahasa Sunda. Nisa, temanku yang berasal dari Garut terkadang larut dalam pembicaraan mereka. Aku Cuma bisa ketawa-ketawa mendengar pembicaraan mereka.

Dari sejak masuk wilayah Cileunyi sampai Garut aku tertidur pulas. Aku tidak tau apa yang telah terjadi. Pokonya ketika aku bangun kami sudah sampai di Nagrek. Woooow... kayanya aku tidur lama banget ya? Hhahaha. Di kawasan ini aku masih setengah tidur setengah terbangun sehingga aku putuskan untuk kembali tidur. Hehe.. Aku kembali terbangun ketika kurasakan ada banyak manuver yang membuat badanku berdendang ke kanan dan ke kiri. Oh ternyata kami sudah memasuki wilayah Cikajang yang luar biasa ekstrim kelokannya. Teman sebusku ada yang muntah. Kalau tidak salah namanya Gina. Dia adalah mahasiswa kebidanan. Mukanya pucat pasi. Kasian banget!! Dia meminta teh anget kepada Teh Ansa tapi sayanganya teh Ansa tidak bisa mengabulkan permintaannya karena tidak ada warung terlihat di daerah tersebut. Setelah melewati Cikajang yang luar biasa, kami melewati Pameungpeuk yang jalannya berkelok juga tapi menurutku tidak seekstrim Cikajang. Tapi tetap saja ekstrim sih. Pemandangan sangatlah indah di luar sana. Nisa yang asli orang Garut menceritakan semua tempat yang ia ketahui di Garut. Aku Cuma bisa takjub dan bilang “oh” yang panjang. Waaa pokonya Garut keren banget!!!!!!! Makasih loh nis udah jadi Guide aku! hihihi :p






Oia selama perjalanan kami dikawal oleh mobil polisi. Cihuy! Sumpah ini keren banget serasa pejabat sampai harus dikalawal-kawal segala!!



Akhirnya kami masuk daerah Cikole (eh cikole bukan sih? Atau Cikelek? Lupa ah pokonya mah masih daerah Garut). Disini kami istirahat dulu. Para lelaki muslim semuanya shalat Jumat sedangkan kami para perempuan memanfaatkan waktu untuk buang air kecil, berfoto ria, dan mengabarkan orang-orang tentang keberadaan kami melalui sms dan telepon. Pada saat istirahat ini aku melihat koass yang mirip sama temen bimbel aku tapi ini versi berototnya. Haha. Gapenting banget ini sih. Aku juga melihat dr.Wulan dengan dandanan hijabersnya sedang ketawa-ketiwi sama seseorang. Seseorang tersebut sepertinya adalah dokter, tapi aku ga tau sih, ga kenal.



Setelah makanan datang, kami melanjutkan perjalanan. Jalan masih sangat berliku-liku. Teman-teman sebisku memutuskan untuk menunda makan karena takut tersedak tapi aku sih bodo amat, perut sudah meringis minta diisi makanan. Akhirnya aku makan makanan yang dikasih panitia sampai habis dan tinggal menyisakan sambal. Ketika aku sudah selesai makan, teman-teman yang lain barulah mulai makan.

We are in the south of West Java!!!! Yuhuuuu... jam menunjukkan pukul 15.00. Kami sudah dapat melihat pantai selatan yang sangat indah!! Ketika melihat laut, Pak Opik dan Pak Mpi berdialog dalam bahasa Sunda yang cukup lucu menurutku.

“Mpi tingali eta balong gede!!” (Mpi, lihat, ada danau besar!!) *danau besar tuh maksudnya laut

“wah enya euy” (wah iya nih)

“buru bejaan incu. Bejakeun abah ningali balong gede” (ayo cepat beritahu cucumu kalau kamu melihat laut)

“hahaha” *meraih handphone*

“wah cigana asyik nya mun mawa incu mah” (wah sepertinya asyik ya kalau kita membawa cucu)

“nya heueuh atuh” (iya dong)

“tuh Mpi tingali ih meni luas kitu nya” (Lihat Mpi, luas banget ya!)

“enya. Cigana mun rek ngumbah mobil mah tinggal di anclomkeun ge geus bersih nya” (iya. Sepertinya kalau mau membersihkan mobil tinggal dimasukin aja langsung sudah bersih)

“hahahahahahahahahahahahaha si Mpi mah..”

Tak lama kemudian, Nisa tiba-tiba berteriak “itu Australia!!”

Semua orang langsung spontan melirik ke “Australia” yang dimaksud. Ternyata itu adalah pulau tak berpenghuni bernama Christmast island. Dari kaca bus terlihat seperti gedung berwarna putih yang menjulang. Nampaknya sih itu mercusuar. Tapi gatau deng.

“Mpi, tingali tuh Australia!!” (Mpi lihat tuh Australia!!)

“Mun ka Arab cigana bisa da lewat dinya” (Kalau ke Arab sepertinya bisa lewat situ)
Semua langsung hening seketika. Arab? Tapi suasanya cair kembali tatkala kami semua tertawa.

“Naha bet ka Arab?”(kenapa ke Arab?)

“enya ka Arab. Mun ka Arab mah bisa lewat laut” (iya ke Arab. Kalau mau ke Arab bisa lewat laut)

“ka Australia Mpi, lain ka Arab!” (Ke Australia Mpi, bukan ke Arab!)

“enya lah eta..” (iya lah itu)

Pak Mpi memang sangat polos sekali. Terlihat dari raut wajahnya. Hahahaha...

Di suatu jalan, aku lupa dimana, pokonya masih daerah Garut, ada tanjakan yang cukup curam. Pak Opik takut bus tidak akan mampu menahan berat badan kami. Akhirnya kami semua turun dari dalam bus kecuali Gina. Fuih, such a miracle.. aakhirnya kami bisa turun dari bus dan melepaskan pantat dari kursi bus yang membuat pantat menjadi abstrak selama sekian jam.

Selagi menunggu bus menaiki tanjakan, aku Nisa, dan Hadi memutuskan untuk buang air kecil terlebih dahulu. Aku buang air keci di kamar mandi milik warga. Kamar mandinya menyedihkan menurutku. Pintunya tidak dapat dikunci, hanya bisa ditutup. Meskipun ditutup, tapi tidak bisa ditutup secara sempurna karena menyisakan celah dengan lebar 1 cm. Pemilik kamar mandi itu adalah seorang bapak tua yang badannya sudah dilumuri oleh keriput menandakan usianya tak lagi muda. Bapak itu baik sekali loh!! Semoga suatu saat aku bisa membantunya, aamiiiin...

Selagi mengantri kamar mandi, tiba-tiba ada kakak-kakak berwajah India yang mendekati kami

“ngantri?”

“iya kak”

“oh oke, saya akan tunggu”

“kakak koass atau residen?”

“saya koass”

“batch berapa kak?”

“2009. Eh kamu pasti mahasiswa tahun pertama ya?”

“iya kak..”

“Eh, ini perjalanan masih jauh ya?”

“iya kak, katanya sih 50KM lagi”

“oia? Uwalah masih sangat jauh ya,,”

“iya..”

Setelah buang air kecil kami kembali melanjutkan perjalan, tapi foto-foto dulu sih, hehe. Kami kembali naik ke bus setelah bus berhasil melewati tanjakan yang cukup curam. Perjalanan selanjutnya berjalan dengan penuh adrenalin. Jalanan rusak parah! Banyak lubang disana-sini. Untunglah pak Opik memiliki skill mengemudi yang cukup oke sehingga kami masih bisa selamat melewati jalanan itu. Sayangnya karena jalanannya jelek (super jelek sih), pak Opik jadi sering ngomel-ngomel.



Di perjalanan, bus nomor sekian (lupa nomor berapa) mengalami sedikit maslah sehingga memaksa kami untuk berhenti karena sesuai dengan S.O.P kami harus berjalanan beriringan sebanyak 50 bus. Aku dan Nisa yang bosan di dalam bus akhirnya keluar dan berfoto-foto. Pak Mpi yang sepertinya kelaparan daritadi mulai memakan nasi kotaknya yang diberikan oleh panitia. Pak Mpi memakan nasi kotaknya di luar bus sammbil jongkok di tanah. Saat pak Mpi makan, tiba-tiba ada 3 anjing besar yang mendekatinya dan berniat mengambil makanan pak Mpi. Sontak Pak Mpi menghalau para anjing itu. Memang dasar anjing nakal, mereka terus-terusan saja mengganggu pak Mpi.

Setelah bus yang tadi mogok berhasil diperbaiki, kami kembali melanjutkan perjalanan dengan jalan yang masih sangat jelek. Tapi somehow, aku suka jalan jelek ini. Kaya memacu adrenalin gitu. Pokonya asyik lah kata aku mah..

Finally, 1t 18.30, kami tiba di Rancabuaya. Yang membuat aku takjub adalah disini ada Alfamart. Uwaaaa....... seperti menemukan surga, aku langsung turun dan membeli air minum. Aku meminta keresek paling besar kepada mas-mas alfamartna. Kenapa? Karena aku lupa bawa keresek untuk wadah baju bersih. Huhuhu sedih banget lah ini! Aku bahkan mengambil keresek telur di Alfamart untuk wadah sendal kotor. Malang banget lah ini!!

Tak berlama-lama di Rancabuaya, kami melanjutkan perjalanan menuju Jayapura. Kondisi jalan sudah sangat-sangat gelap dan tentu saja jalannya semakin jelek. Energiku sudah cukup habis untuk tetap terjaga sehingga aku putuskan untuk tidur. Ah, tapi percuma!! Aku sama sekali tidak dapat tidur apalagi jalanan yang jelek membuat tubuhku bergoncang ke kanan dan ke kiri. Bahkan, aku tubuhku sampai terlepas dari kursi ketika melewati kubangan yang besar sekali. Bisa dibayangkan kan betapa jeleknya jalanan?

Sekitar jam 10.00 kami sampai di suatu tempat yang dekat dengan pintu gerbang desa Jayapura. Nampaknya itu adalah pinggir pantai. Aku merasakan deburan ombak berbisik ke telingaku. Pasir-pasir pun samar-samar terlihat berserakan di pinggir jalan tersorot sinar lampu bis. Di tempat itu sudah banyak sekali truk yang siap mengangkut kami ke desa Jayapura yang terletak di atas tempat yang sedang kami pijaki waktu itu.

Setelah pengabsenan, satu per satu dari kami mulai menaiki truk. Aku masih ingat truknya itu ada bacaan “Tengkorak putih” di bagian depan. Kabarnya itu adalah truk hasil meminjam dari kostrat. Aku sebenarnya agak heran kenapa kami harus ke Desa Jayapura memakai truk? Kenapa ga langsung pake bus aja sih? Tapi yaudah lah terserah panitia aja. Setelah ruk berangkat untuk mengantar kami ke rumah penduduk, barulah aku tau alasannya. Jengjeeeeng... jalanannnya super super supeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeer jelek!!!!!!! Lebih jelek dari jalan sebelumnya. Bisa selamat sampai turub dari truk itu merupakan suatu kelegaan luar biasa! Percaya deh! And finally, setelah perjalanan yang ekstrim, aku sampai di rumah penduduk pukul 23.00.

Di desa Jayapura, kami menginap di rumah penduduk. Aku kebagian menginap di rumah nomor 33 bersama kak  Gowrie yang merupakan koass batch 2009, dan dr. Mira yang merupakan residen ilmu penyakit dalam batch 1997. Awalnya agak canggung sih, tapi lama-kelamaan kami akrab satu sama lain. Dr. Mira sangat fasih berbahasa Sunda, jadi pada saat kami datang ke rumah penduduk, beliau lah yang meminta izin kepada pemilik rumah dan meminta maaf atas keterlambatan kedatangan kami. Seharusnya sih kami sampai di desa Jayapura pukul 14.00, tapi karena ini itu dan lain sebagainya akhirnya kami sampai tempat tujuan larut malam.

Setelah makan dan mandi akhirnya kami tidur di kamar yang sudah disediakan oleh pemilik rumah.

.
.
Bandun, 4 Juli 2013
Vera Dianwari

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS