Aaaaaaggh… hari ini SNMPTN hari
pertama!!! Aku sangat gugup dan yah you know lah ya bagaimana orang yang mau
menghadapi SNMPTN. Rasanya tuh bagai mau ujian apaaa gitu.. padahal Cuma
ngejawab pertanyaan sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat-singkatnya untuk
mendapat point yang akan menentukan lolos atau tidaknya kita ke perguruan
tinggi impian.
Aku bangun jam 4 pagi. Setelah mandi
dan sarapan aku pun bergegas ke tempat ujian (SMPK Yahya) jam 6 pagi. Pagi
banget ya? Aku berangkat cukup pagi karena aku takut telat. Kata Bu Regina,
guru bahasa Indonesia, aku harus berangkat sepagi mungkin untuk menghindari
kemacetan. Sebelum pergi. Aku meminta do’a pada kedua orang tua dan tak lupa
memeluk mereka berdua supaya lebih afdol mengerjakan soal. Hehe…
Aku sampai di lokasi ujian jam 6
lebih 30 menit. Wow, ternyata sudah banyak peserta yang datang. Padahal aku
pikir aku akan menjadi peserta pertama yang datang. Aku melihat Arum Putri,
teman satu SMA ku. Dia tersenyum dan tiba-tiba mengajakku ke WC. Waduh!!
Hahaha, baru juga nyampe udah diajak ke WC..
Aku dan Arum saling memberikan
semangat dan berpisah setelah keluar dari WC karena aku dan dia beda ruangan
tes. Untuk membunuh waktu, aku membaca Al-Matsurah dan berdzikir supaya
diberikan kemudahan, kelancaran dan ketenangan saat mengrjakan soal-soal. Aku
sering melakukan hal ini sebelum ujian supaya hatiku tenang. Dan yap,, berdoa
memang obat paling manjur untuk menghadapi hal-hal seperti ini.
Disaat aku sedang asyik membaca
al-matsurah, tiba-tiba ada suara wanita cempreng.
“Teteh bade tes oge??” (kakak mau
tes juga?)
Aku terdiam sejenak dan masih
mencerna suara itu. Loh kenapa ada yang ngajak ngomong pake bahasa Sunda? Siapa
dia? Kenapa dia ngajak ngomong aku? Dan kenapa aku dipanggil Teteh??
“Teteh bade tes oge??” suara
cempreng itu terulang kembali. Aku pun
melirik sumber suara cempreng itu. Oh dia ternyata adalah peserta SNMPTN juga
dan dia satu ruangan sama aku.
“Teteh??” katanya lagi.
“oh oh iya, aku tes SNMPTN. hehe”
jawabku masih agak bingung dengan si wanita cempreng ini.
“Sini Teh duduk, bisi cangkeul!”
kataku pada wanita itu. Aku bingung harus memanggil dia apa, jadi yasudahlah
aku panggil dia teteh juga. Dari gaya bicaranya bisa aku yakinkan bahwa dia
berasal bukan dari kota. Maksudnya bukan berarti orang Bandung jarang pake
bahasa Sunda ya.. maksudnya bahasa Sunda yang si wanita cempreng ini pakai
beda. Lebih halus gimanaaa gitu.. Si wanita itu duduk di sampingku. Saat aku
akan melanjutkan membaca al-ma’surat, dia mengajak aku mengobrol. Aku agak
terganggu sih, tapi ya sudahlah aku ladeni dia.
“ih Teteh, ari kanggo tes nyandak
naon wae?” (ih Kak, kalo untuk tes ini apa saja yang harus dibawa?)
Karena masih bingung sama wanita ini,
akhirnya aku menjawab pakai bahasa Indonesia.
“Kalau aku bawa pensil, penghapus,
pulpen, kartu peserta, KTP, SKHUN sementara, dan surat tanda lulus.”
“Eleuh, abdi teu nyandak KTP!!! Upami
kartu OSIS kumaha atuh?? Kenging kan?” (OMG, aku ga bawa KTP!!! Kalau kartu
OSIS gimana dong? Boleh kan??)
“boleh kok” jawabku singkat sambil
senyum.
“oh enya,,, Abdi Yiyin.” (oh iya,
aku Yiyin.) katanya sambil menyodorkan tangan padaku.
“Aku Vera. Salam kenal ya :D eh Yiyin
pilihannya apa aja?” Tanyaku sok akrab.
“Fisika UIN sareng Matematika UIN. Ari teteh?”
“FK Unpad sama SAPPK ITB. Semoga kita keteirima ya…”
“FK Unpad sama SAPPK ITB. Semoga kita keteirima ya…”
“Aamiin”
Tidak lama setelah pembicaraanku dan
Yiyin, pengawas datang dan kami diperbolehkan masuk ke ruang ujian. Setelah
masuk ke ruangan, pengawas menjelaskan beberapa peraturan SNMPTN. Aku melihat
ke sekitar, huh tidak ada yang aku kenal kecuali peserta tadi yang bernama
Yiyin. Eh tunggu sebentar, sepertinya aku tahu yang duduk di paling ujung itu.
Hmmm.. mirip teman satu bimbelku yang nampaknya jarang senyum. Mirip Jarot!! Eh
iya gitu itu Jarot? Aku tidak membawa kaca-mata shingga pandangan jarak jauhku
cukup terbatas dan tidak dapat memastikan apakah itu orang yang aku maksud atau
bukan.
Sebelum tes dimulai, pengawas
memeriksa identitas kami. Aku disuruh menunjukkan Kartu Tanda Pelajar, surat
tanda lulus dan sebagainya. Saat aku sodorkan Kartu Tanda Pelajarku, pengawas
mengerenyitkan keningnya tanda heran. Ah ya, pasti dia heran mengapa di Kartu
itu aku tidak memakai kerudung. Aku kemudian menjelaskan bahwa foto yang
diambil untuk Kartu Tanda pelajar adalah saat aku kelas satu SMA dan belum
memakai kerudung. Namun nampaknya si pengawas belum percaya. Dia menyuruhku
untuk trsenyum dan menyocokkannya dengan yang ada di kartu Tanda Pelajar.
Akhirnya Pengawas membagikan lembar
jawaban computer untuk mata ujian Tes Potensial Akademik alias TPA. Wow… mulai
deg-degan nih aku. Setelah pengawas member izin untuk mengisi LJK, aku dengan
segera mengisi biodata di LJK tersbut dengan hati-hati. Aku tidak mau kesalahan
konyol mmbuatku tidak lolos.. naudzubillah…. Tepat jam 8, aku dan yang lainnya
boleh mengerjakan TPA. Wah ternyata lumayan mudah soal-soalnya. Aku mengerjakan
kurang lebih 63 soal. Haha, mungkin ini adalah jumlah yang sedikit, tapi ya
sudahlah, yang penting benar semua jadi aku sudah bisa mengumpulkan poin
sebesar 25.2%.
Tak terasa waktu mengerjakan TPA
sudah berakhir. Aku mengucap syukur pada Alloh karena aku diberi kelancaran.
Aku menarik napas panjang dan meminum air mineral untuk menyegarkan pikiran.
Melihat peserta lain keluar dari ruang ujian, aku pun ikut-ikutan ingin keluar.
Aku menghirup udara segar kota Bandung. You know what, rasanya sejuk sekali.
TUMBEN!!! Haha..
“Ver, tadi bisa ngisi berapa TPA
nya?” seseorang bertanya padaku. Oh ternyata Adik, teman SMPku.
“Eh, Adik!!! Disini juga ternyata!
Aku bisa jawab 63 soal. Kamu berapa?”
“61 soal ver. Ya lumayan lah..”
“tes di ruangan mana?”
“Di situ..” (menunjuk ruang sebelah
ruanganku) “kalo kamu di mana?” tambahnya.
“Di sini” (menunjuk ruanganku)
“Wah berarti kamu bareng sama si Onta
dong!”
“Hah, Onta? Siapa?”
Tiba-tiba orang yang dimaksud keluar
dari ruangan dan menghampiri kami.
“Tah ini nih si Onta. Dia alumni SMP
14 juga kok”
“ooooooh!!!” kataku dengan sangat
panjang.. si Onta senyum padaku dan aku senyum balik. Jujur, selama sekolah di
SMP 14, aku belum pernah melihat muka ini. Baru saat ini aku tahu kalau dia
adalah teman satu SMPku.
“kamu dulu kelas 9 apa?” tanyaku sok
akrab pada Onta.
“9G”
“oh, aku 9B. Eh namanya siapa?”
“Rangga. Kamu?”
“Vera”
Aku, Adik, dan Rangga membahas
soal-soal TPA tadi. Tiba-tiba si yang aku sangka teman bimbelku pun keluar
kelas. Tuh kan, tebakanku benar! Itu Jarot! Siswa yang nilai TO nya selalu
besar di tempat bimbel. Tadinya aku mau senyum ke dia, eh belum sempet senyum
dia malah kembali ke kelas tanpa ekspresi. Padahal dia liat aku!! Woy atuh
woy,, lo kan tau gw! Kita satu bimbel woy! Seengganya lo senyum sama gw!!
Bel masuk berbunyi. Aku, Adik, dan
Rangga kembali ke kelas masing-masing. Kali ini mata ujiannya adalah kemampuan
dasar yang terdiri dari matematika dasar, bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.
Seperti biasa aku selalu mengerjakan bahasa dulu supaya mendapat point besar
Matematika selalu dikerjakan paling akhir. Oh My God… kenapa soal-soal
bahasanya susah sekali?? Selama 15 menit aku berkutat di bahasa Indonesia, aku
hanya dapat menjawab satu soal. SATU SOAL!!!!! Stress, akhirnya aku lanjut
mengerjakan bahasa inggris. AKU CUMA BISA MENGERJAKAN 1 SOAL JUGA!!! What????
Apa-apaan ini?? Waktu terus berjalan. Aku akhirnya mengerjakan Matematika Dasar
dulu. Betapa kagetnya aku.. ternyata soal-soalnya mudah sekali!! Aku dapat
mengerjakan 13 soal tanpa ada masalah!! Apakah ini mimpi?? Biasanya kalau TO
aku Cuma bisa mengerjakan paling banyak 7 soal. Sungguh subhanalloh sekali tes
hari ini.
Setelah yakin tidak ada kesalahan,
aku kembali mengerjakan soal-soal bahasa. Jujur aku sudah tak dapat
berkondentrasi lagi. Waktu terus berjalan dan aku menjawab soal-soal hanya
berdasarkan feeling. Aku benar-benar pasrah untuk pelajaran bahasa ini.akhirnya
sampai bel tanda ujian berakhir berbunyi aku berhasil menjawab masing-masing 6
soal untuk masing-masing pelajaran bahasa.
Adik sudah ada di depan ruang ujianku
saat aku keluar. Aku dan Adik pun berjalan menuju gerbang.
“Bisa jawab berapa matdas?” tanyanya
padaku.
“13. Tapi bahasanya Cuma jawab
sedikit. Masing-masing 6 soal. Huhuhuhu…”
“iya, Adik juga matdasnya ngisi 13
soal tapi bahasanya masing-masing 6 soal. Susah banget ya!!”
“iya banget Dik.. aku ngisinya juga
ga yakin.”
“Adik takut dapet nilai minus ih”
“Yaudah lah bismillah aja..”
Di dekat tangga, aku bertemu dengan
Aisyah, teman SMAku.
“Veraaaaaaaa!!!!”
“Eh Aisyaaah!!”
“Tadi bagaimana tesnya??”
“Bahasanya susah bangeeeeeet!!!”
“ih iya banget Ver!!!! Aku Bahasa
Indonesia diisi 6 soal dan bahasa Inggris diisi 7 soal.”
“tapi Alhamdulillah matdasnya gampang
ya..”
“iya! Aku juga kaget kok bisa kayak
gitu soalnya. Kaya soal UN aja ya..”
Karena Aisya dijmput, aku dan Aisya
berpisah di gerbang. Aku pulang naik angkot. Tapi sebelum naik angkot aku harus
jalan dulu sampai perempatan KFC Riau. Dari gerbang aku melihat Jarot. Ternyata
dia juga jalan. Karena masih gereget sama kejadian setelah tes TPA, aku
memberanikan dir menghampirinya. Tenang-tenang, aku gak akan ngapa-ngapain dia
kok. Aku Cuma mau negur. Hahahaha.
“Hei, Jarot ya?” tanyaku sambil
menepuk bahunya dari belakang.
“Eh iya…” katanya sambil tersenyum.
Eits, tumben dia senyum! Hahaha ternyata ramah juga.
“pulang ke mana?”
“ke Pahlawan. Tapi harus jalan dulu
soalnya angkotnya di sana.”
“oh sama berarti. Aku juga naik
angkot di depan. Naik jurusan Sadang serang ya?”
“iya”
“Tadi gimana tesnya?? Bisa jawab
berapa?” tanyaku agak kepo.
“Alhamdulillah matdas bisa ngisi 13.”
(masih tersenyum)
“oh sama. Aku juga ngisi 13 soal.
Tapi bahasanya Cuma bisa ngisi masing-masing 6. Kamu bahasanya ngisi berapa?”
“masing-masing 8 soal.”
“weissss… hebat banget…”
“Tapi itu kan belum tentu benar
semua” (tetap tersenyum)
“Eh, kamu tau siapa aku gak?”
Tanyaku. Sebenarnya aku bingung mau bertanya apa pada Jarot. Jangan-jangan aku
bicara panjang lebar ternyata dia ga tau nama aku. Kan ngehe banget!
“iya tau.. kamu Vera kan?” jawabnya
sambil (masih) tersenyum.
“hehe,, iya.” Jawabku sambil senyum.
Dalam hati sebenarnya aku agak
ngdumel. Ternyata dia tau aku. Kenapa coba dia ga senyum tadi? Dasar ya
laki-laki jaman sekarang, harus ditanya duluan…
“eh kamu berasal dari mana?” Tanyaku
kepo.
“dari Sulawesi.” (masih senyum)
“hah? Sulawesi? Aku kira kamu dari
daerah Jawa!” kataku agak sedikit kaget. Gimana gak kaget coba, namanya aja
Jarot! Itu kan nama Jawa!
“Ayah sama ibu saya dari Jawa, tapi
pindah ke Sulawesi.” (masih senyum)
“ooooh pantes… terus, kenapa kamu
sekolah di Bandung?” Tanyaku dengan nada lebih kepo. Maklum aku emang orangnya
kepoan. Hihihi..
“soalnya blab la blab la bla” (aku
lupa apa yang dikatakannya)
“ngekost dong di sini?”
“hehe iya.. saya udah ngekost sebelum
jadi anak kuliahan. Kalo kamu tinggal di Bandung ya?”
“iya..”
“kalo udah kuliah mau tetap tinggal
sama orang tua atau ngkost?”
“tergantung.. kalau ketrima di FK
Unpad aku pasti ngekost. Tapi kalau keterima di ITB kayanya ga akan ngekost.”
“oh.. semoga kita bisa diterima ya..”
“Aamiin…”
“Aamiiin” katanya lagi.
“Eh kamu daftar ke mana emang?”
“STEI ITB”
“wow mantap!!”
“Eh kabarnya dari SMA 3 yang daftar
SNMPTN Undangan ke ITB keterima semua ya?”
“iya! Ada 96 orang yang keterima!”
kataku dengan semangat.
“enak banget ya.. serasa pindah
sekolah.. haha”
“iya ih bener banget.. tapi aku
sempat dimarahin sama orang tua gara-gara miliih kedokteran dan ga keterima.
Mamah aku bilang kalau aku pilih ITB pasti aku keterima juga. Tapi ya mau
gimana lagi, aku kan ingin jadi dokter dan di ITB gak ada fakultas kedokteran.”
Jawabku panjang lebar. Entah kenapa aku malah curhat. Duh ga tau malu banget ya
aku?
“terus kenapa milih ITB di SNMPTN
tulis?”
“Tadinya aku pilihan ke duanya ingin
FK Unsoed atau FK UNS, tapi gak boleh sama ortu. Katanya terlalu jauh dan
bla-bla bla…”
“hehe, iya sih, kalau anak perempuan
itu agak berat untuk dilepas. Khawatir ada apa-apa..”
Kami sudah sampai di perempatan KFC
Riau. Pembicaraan kami pun berhenti sampai di situ. Angkot jurusan
sadang-serang sudah menunggu kami. Angkotnya lumayan penuh sehingga tidak
mungkin kami berbicara di dalam angkot. Lagian jarak duduk kami jauh.
Setelah sampai di rumah, aku disambut
oleh senyuman mamah. Setelah bercerita aneka kejadian saat SNMPTN pada mamah,
aku langsung makan siang dan blajar. Aaaaarrh.. muak banget rasanya belajar.
Karena tidak kuat, akhirnya aku memutuskan untuk tidur siang sejenak untuk merefresh otak.
Setelah tidur siang, mood belajarku
kembali lagi. Aku mencoba soal-soal tahun 2003, 2004, dan 2005 dngan waktu sesuai
SNMPTN asli. Wow, cukup mudah ternyata. Aku dapat mengerjakan kimia 100%,
biologi 93.33 %, fisika 80% dan Matematika 53.33 %. Aku berdo’a pada Alloh
supaya esok hari aku bisa mencapai point lebih dari ini supaya bisa lolos FK
unpad.
Aku belajar sampai malam sekitar jam
9 malam. Entah knapa untuk menghadapi hari esok aku cukup santai dan tidak
grogi seperti tadi. Semoga besok aku bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan
dengan maksimal. Aamiiin.. :D
bandung 18 juni 2012
0 komentar:
Posting Komentar
terimakasih ya sudah membaca blogku :))